bilismera.com Madura merupakan salah
satu pulau yang dikenal memiliki banyak ragam budaya, salah satunya kesenian
musik yang dinamakan saronén. Kesenian ini akan banyak dijumpai di daerah kota
Sumenep, pulau madura bagian timur. Saronén, sampai sekarang masih eksis
walaupun perkembangan zaman semakin maju, masyarakat Madura kokoh
membudayakannya.
Pada mulanya, kesenian saronén
merupakan instrumen yang digunakan sebagai media dakwah untuk mengajak
masyarakat memeluk agama islam oleh cicit dari Sunan Kudus, yakni Kyai Khotib. Konon,
musik tradisional tersebut awalnya dilakukan pada hari senin pada pasar, di
daerah Sendang, Paragaan sumenep.
Saronén merupakan nama alat musik khas
kesenian tersebut yang dimainkan dengan cara ditiup, hampir sama dengan
terompet yang terdiri dari 6 lubang pengatur nada berjajar layaknya lubang pada
suling. Namun, tempat tiupnya dibuat tempat tiup yang berbentuk kumis yang
terbuat dari batok kelapa, dan tubuh alat tersebut terbuat dari kayu jati
pilihan.
Pertunjukan musik saronén
ini sangat unik, karena para pemain musik tersebut mengenakan pakaian
seragam unik dan khas ala prajurit kerajaan, serta memainkannya seraya
bergoyang dan biasanya kebanyakan dimainkan dengan sambil berjalan. Alat musik
yang dimainkan sebagai pelengkap terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya;
gong, kenong, kérca, kendang kempul.
Seiring perjalanan waktu,
saronén sudah beralih fungsi sebagai kesenian hiburan, bukan lagi
sebagai media dakwah seperti yang dilakoni oleh ulama terdahulu. Saronén sekarang
lebih sebagai pengiring acara-acara kebudayaan, misal pada acara sapi hias (lotréngan,
sapé sono’ ), kerapan sapi, pancak silat, grup pentas drama, pengiring
pengantin biasanya pengantin yang naik kuda, khotmil Qur’an (anak yang khatam
al-qur’an naik kuda), dan juga sebagai pengiring masyarakat yang mau berziarah
terutama daerah desa juruan kab. Sumenep sebagai tempat ziarah.
Author: Syaiful Amri
Gambar: antarfoto.com